BABY

Mengatasi Masalah saat Harus Berpisah dengan Anak


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Baru berdandan saja, Si Kecil sudah mulai gelisah. Rasa galau kian berkecamuk dalam benak Anda kala ia mulai meneteskan air mata. Apakah Anda harus mengurungkan niat untuk meninggalkan rumah?

Bagi para Moms, khususnya yang bekerja, terkadang sulit untuk meninggalkan anak di rumah. Tak jarang, Si Kecil langsung merasa gelisah, uring-uringan, dan ujung-ujungnya menangis. Pokoknya segala cara ia lakukan agar Anda tidak jadi pergi. Mengapa demikian?

Pada dasarnya, semua bayi tercipta untuk dekat dengan ibunya. Bahkan pada awalnya Si Kecil tidak menyadari bahwa ia adalah individu yang berbeda dengan Anda. Ia menganggap Anda akan selalu ada bersamanya. Jadi cukup wajar jika anak Anda bisa uring-uringan apabila Anda meninggalkannya.

Kesedihan dan rasa marah tersebut termasuk bagian dari separation anxiety atau kecemasan saat harus berpisah dengan Anda. Kondisi ini sebenarnya normal terjadi. Menurut Elizabeth Pantley, penulis buku The No-Cry Separation Anxiety Solution, hampir semua anak mengalami hal semacam ini pada usia 7 hingga 18 bulan.

"Separation anxiety menunjukkan bahwa bayi Anda sehat dan sangat senang berdekatan dengan Anda. Hal itu juga menunjukkan bahwa intelektualitasnya berkembang dengan baik," jelas Elizabeth Pantley.

Meskipun usia 18 bulan terlewati, bukan berarti drama kecemasan berpisah dengan Anda ini berakhir. Normalnya, kecemasan itu masih ada sampai usianya menginjak empat tahun. Siapkah Anda? Berikut adalah tips bagi para Moms dalam menghadapi separation anxiety sesuai dengan usia Si Kecil.


Bayi (7 bulan)


Setiap bayi mengalami separation anxiety pada usia yang berbeda-beda. Akan tetapi pada umumnya, kondisi ini terjadi untuk pertama kali saat ia memasuki usia tujuh bulan. Saat itulah ia menyadari, dirinya bukan bagian dari Anda. Si Kecil pun mulai tahu bahwa sewaktu-waktu Anda bisa pergi darinya. Kondisi ini mungkin akan terjadi selama beberapa minggu hingga ia sadar bahwa Anda pergi untuk kembali.

Sebaiknya Dilakukan

Sebelum menyadari bahwa ia bukan individu yang sama dengan Anda, kenalkan ia pada pengasuh lain, misalnya nenek atau babysitter. Hal itu akan mengurangi kegelisahannya saat Anda tidak berada di dekatnya. Namun saat Anda pergi, selalu ucapkan perpisahan seperti, "Dadah sayang. Mama pulang sore, kira-kira setelah kamu mandi".

Sebaiknya Tidak Dilakukan

Kembali lagi atau mengurungkan niat untuk pergi karena tidak tega melihat anak Anda menangis. Hal ini justru akan membuat Si Kecil semakin kencang menangis pada lain waktu. Jadi mantapkan saja langkah Anda. Minta pengasuhnya untuk mengalihkan perhatian Si Kecil, seperti memberikan mainan kesayangannya.


Toddler (12-24 bulan)


Masa bayinya sudah berlalu. Ia juga biasa Anda tinggalkan di rumah dengan orang lain. Namun bukan berarti kecemasannya saat berpisah dengan Anda otomatis menghilang. Memang ada sebagian anak yang sudah mampu mengatasi perpisahan ini, tapi tak sedikit anak yang justru baru mulai mengalami kecemasan tersebut. Ia bisa saja menangis sejadi-jadinya walau tahu Anda akan kembali.

Sebaiknya Dilakukan

Buatlah ritual perpisahan, misalnya bersalaman, cium pipi, atau high five. Ritual semacam itu akan membangun kesiapannya untuk berpisah dengan Anda.

Sebaiknya Tidak Dilakukan

Kabur darinya. Tindakan ini memang terkesan lebih mudah daripada menyaksikan Si Kecil berlinang air mata saat Anda berpamitan. Namun cara ini akan membuatnya selalu khawatir bahwa Anda akan meninggalkannya sewaktu-waktu. Bukan tidak mungkin, kebiasaan ini akan mengurangi kepercayaannya terhadap Anda.


Preschool (3-4 tahun)


Inilah usia puncak Si Kecil mengalami separation anxiety. Ia bisa mengalami tantrum (emosi yang meledak-ledak). Kondisi ini biasanya bertambah parah jika pada saat bersamaan ia memiliki adik, masuk sekolah, atau pindah rumah ke lingkungan baru. Biasanya kecemasan ini akan berlangsung selama beberapa minggu. Jika penyebab lainnya seperti kurang perhatian karena kehadiran adik tidak segera diatasi, kondisi ini bisa berlangsung lebih lama lagi.

Sebaiknya Dilakukan

Semangati Si Kecil. Jika ia baru pertama kali masuk sekolah katakan, "Mama tahu kamu agak gugup, tapi kamu pasti bisa. Di sekolah, kamu akan bertemu dengan teman baru yang bisa diajak bermain." Setelah itu, jangan lupa berikan Si Kecil pelukan dan ciuman ekstra.

Sebaiknya Tidak Dilakukan

Memperlihatkan kesedihan Anda. Saat Si Kecil memasuki lingkungan baru, Anda tentu khawatir ia akan kesulitan mendapatkan teman. Namun jangan menunjukkan kekhawatiran itu. Tetap tersenyum di depan Si Kecil dan katakan bahwa Anda akan menjemputnya pulang sekolah nanti.

(M&B/Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)