Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Berjalan merupakan puncak dari aktivitas motorik kasar seorang bayi. Maka, Anda patut senang ketika ia sudah mencapai tahap perkembangan ini. Menurut dr. Aminuddin Arifin, Sp.KFR dari Klinik Tumbuh-Kembang Ruwivito Harun Evasari (RHE), Jakarta, tahapan perkembangan ini biasanya terjadi saat Si Kecil berusia 10-18 bulan.
Sebagian besar anak mencapai tahapan ini saat berusia satu tahun. "Saat itu, terjadi proses pematangan saraf atau myelinisasi. Jika saraf telah matang, seorang anak akan mampu berjalan," katanya. Lalu, kenapa Si Kecil sering terjatuh ketika berjalan?
Logikanya, jika saraf sudah matang, Si Kecil akan mantap berjalan. Kenyataannya, Si Kecil mungkin kerap terjatuh. Dokter Aminuddin menjelaskan, ada beberapa penyebab Si Kecil sering terjatuh, meskipun sebenarnya ia sudah bisa berjalan tanpa dipegang.
Penyebab itu bisa saja hal sepele sehingga tidak perlu dikhawatirkan, tetapi bisa juga serius sehingga harus diwaspadai. Berikut penyebab jatuhnya Si Kecil saat berjalan yang harus Anda perhatikan.
1. Sensor Belum Berkembang
Jika Si Kecil sering terjatuh, ada kemungkinan sensornya belum berkembang. "Terutama sensor keseimbangan (vestibular). Akibat tidak seimbang itu, anak menjadi sering jatuh," kata dr. Aminuddin. Sensori ini, katanya, diatur oleh telinga dalam dan otak kecil. Tanda anak yang sensor keseimbangannya belum berkembang sempurna adalah berjalan dengan langkah lebar ke samping untuk menjaga keseimbangan.
Apabila sensor keseimbangan itu sudah matang, cara berjalan Si Kecil akan normal dengan sendirinya dan jatuh saat berjalan pun berkurang. Tetapi jika perkembangan sensor ini tidak tercapai sampai usia 18 bulan, ada baiknya Si Kecil menjalani fisioterapi untuk mempercepat pematangan sensornya.
2. Kelainan Bentuk Tungkai dan Kaki
Untuk Anda ketahui, yang disebut tungkai di sini adalah pangkal paha sampai ke bawah, sementara kaki adalah bagian dari mata kaki ke bawah. Ada beberapa bentuk kelainan tungkai dan kaki, yaitu:
⢠Kelainan ligamen (urat). Urat pada setiap sendi di panggul, lutut, atau kaki terlalu lembek sehingga kaki mudah miring. Kondisi ini bisa diterapi dengan latihan menggunakan penyangga.
⢠Kelainan bentuk tulang (kaki X dan O). Karena tungkai tidak lurus, titik berat tubuhnya berbeda dengan anak tungkai normal sehingga sering terjatuh. Kelainan ini bisa diperbaiki dengan penyangga lutut.
⢠Kaki datar (flat feet). Pada kaki datar, urat peredam tidak berfungsi sehingga menyebabkan Si Kecil terjatuh karena lututnya beradu.
⢠Congeital Talipes Equinovarus (CTEV). Bentuk telapak kaki bengkok menghadap ke dalam, jalannya menjadi miring, sehingga rentan jatuh.
3. Distrofi Otot
Di usia 1-3 tahun, anak sedang senang berjalan untuk bereksplorasi. Namun, waspadalah jika tiba-tiba di usia tiga tahun ia jadi sering terjatuh. Lalu, perlahan-lahan lemah sampai akhirnya tidak bisa berjalan lagi, ditambah dengan ukuran betisnya yang makin besar akibat pertambahan sel lemak yang berlebihan.
Penyakit distrofi otot atau muscular dystrophy merupakan penyakit otot bawaan yang disebabkan gen spesifik abnormal. Menurut dr. Aminuddin, penyakit ini jarang terjadi, tetapi tidak menimpa bayi dan balita (umumnya anak laki-laki usia 3-6 tahun).
4. Kelainan Saraf
Si Kecil sudah bisa berdiri atau berjalan, tetapi tidak tahan lama atau sering jatuh? Ia bukan malas, mungkin saja ia mengidap kelainan saraf yang disebabkan oleh tulang belakang tidak menutup sempurna sejak dilahirkan (spina bifida). Kondisi ini bisa dicegah dengan mengonsumsi asam folat saat hamil. Jika sudah terlanjur terjadi, pengobatannya bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan dan terapi. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freeppik)