Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Emboli tiba-tiba menjadi salah satu topik yang hangat diperbincangkan banyak pihak akibat kasus meninggalnya Julia Fransiska Maketey, tak lama setelah bersalin pada 2010 yang menyeret nama dr. Dewa Ayu Sasiary, beserta 2 rekannya. Sebenarnya, apa itu emboli?
Emboli merupakan suatu kondisi dimana cairan amnion atau ketuban, sel fetal, ataupun debris dari janin masuk ke dalam sirkulasi darah ibu yang baru melahirkan. Hal tersebut dapat membuat kerusakan pada sistem peredaran darah, juga kegagalan fungsi jantung hingga menyebabkan kematian. Emboli biasanya sulit dicegah dan langka terjadi.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) memperkirakan bahwa emboli dialami oleh 1 dari 80.000 ibu bersalin. Kasusnya, sekitar 19 persen saat tindakan Caesar dan 11 persen saat persalinan normal. Selain persalinan, emboli terjadi pada awal kehamilan, keguguran trimester kedua, saat aniosentesis, ataupun trauma pada bagian perut.
Gejala dan Penanganan
Gejala yang dialami ibu dengan emboli, antara lain gagal napas, hipotensi, kejang, uterus atonia, dan gawat janin. Selain itu, gejala yang sering dianggap sama dengan penyakit lain, seperti rasa cemas berlebih, menggigil, nyeri kepala, dan nyeri di sekitar dada atau ulu hati. Bila ibu mengalami emboli saat kehamilan, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan persalinan darurat.
Hingga kini, kasus emboli masih sulit dicegah. Pengobatannya pun tergantung dari lokasi emboli itu mengendap di tubuh ibu. Bila emboli mengendap di pembuluh darah kecil, efeknya tidak terlalu besar. Namun, bila emboli bersarang di pembuluh darah organ vital, kematian sering tidak dapat dihindari. (Gita/DMO/Dok. M&B)