FAMILY & LIFESTYLE

Penyebab Bibir Sumbing pada Anak, bisa Karena Makeup!


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Celah bibir atau bibir sumbing merupakan kelainan bawaan akibat gagalnya proses penyatuan bagian anatomi wajah, di mana terdapat celah atau belahan pada bibir bagian atas.

Letkol. ckm. dr. Denny Irwansyah, Sp.Bp-RE, dokter spesialis bedah plastik dan rekonstruksi, sekaligus Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik (PERAPI) menyebutkan angka kejadian bibir sumbing di Indonesia per tahunnya mencapai 7.000 kasus.

"Secara statistik, jadi kurang lebih dari 300 kelahiran normal, ada 1 anak dengan kelahiran sumbing." ujarnya saat acara Media Briefing "Celah Bibir dan Celah Lagit, Apa yang Perlu Kamu Ketahui?" pada Senin, 13 Mei 2019, di Hotel Mercure Cikini, Jakarta.


Apa Penyebab Bibir Sumbing?

Menurut dr. Denny, penyebab bibir sumbing ini multifaktorial, dalam arti tidak hanya genetik atau gangguan nutrisi saja, tetapi bisa terjadi karena suatu hal yang kompleks. Beberapa penyebab bibir sumbing pada anak antara lain:

• Hipoxia (gangguan sirkulasi fetomaternal).

• Kontrasepsi. Dokter Denny mengatakan penggunaan kontrasepsi yang tidak tepat, kontrasepsi yang sudah expired, atau penggunaan kontrasepsi yang tidak dikonsultasikan sebelumnya dengan dokter kandungan bisa menyebabkan bibir sumbing pada anak.

• Makeup. Penggunaan makeup yang mengandung air raksa atau Hg bisa menjadi penyebab bibir sumbing. Tidak hanya menyebabkan sumbing bibir, kandungan air raksa ini juga bisa menyebabkan kelainan konginetal lainnya.

• Rokok. Rokok merupakan salah satu bentuk polutan yang menyebabkan terjadinya inflamasi kronis. Inflamasi kronis ini bisa menjadi penyebab kelainan kongenital seperti bibir sumbing.

• Penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter saat hamil.

• Radiasi.


Bagaimana dengan Faktor Keturunan?

Faktor keturunan (orang tua) umumnya diketahui sebagai penyebab bibir sumbing pada anak. Berikut persentase kemungkinan menurunnya bibir sumbing pada anak:

• Bila orang tua normal, anak pertama berpotesi sumbing, lalu persentase anak berikutnya menderita bibir sumbing sebesar 4 persen.

• Bila salah satu orang tua sumbing, anak pertama berpotensi sumbing, lalu persentase anak berikutnya menderita bibir sumbing sebesar 17 persen.

• Bila kedua orang tua sumbing, persentase anak menderita bibir sumbing sebesar 60 persen.


Mencegah Bibir Sumbing

Saat Si Kecil mengalami bibir sumbing, tak jarang orang tua merasa bersalah dan malu. Padahal bibir sumbing merupakan kondisi yang bisa dideteksi sejak kehamilan. "Bibir sumbing sangat memungkinkan dideteksi saat kehamilan, apalagi sudah ada teknologi USG 3D bahkan 4D. Mulai usia kandungan 4 bulan ke atas sudah bisa dideteksi," jelas dr. Denny.

Pencegahan bibir sumbing selama kehamilan di antaranya bisa dilakukan dengan memenuhi nutrisi, menghindari radiasi, dan memerhatikan penggunaan obat-obatan selama hamil.

Dokter Denny juga mengungkapkan kondisi bibir sumbing pada anak bukan hal yang harus ditakuti, melainkan harus dihadapi, karena ada solusinya yaitu lewat operasi. Operasi bibir sumbing ini bisa dilakukan sejak dini dengan beberapa syarat yang disebut Rules of Ten, yaitu berat badan lebih dari 5 kg, usia lebih dari 10 minggu (3 bulan), dan kadar HB lebih dari 10 gr.

Ketika penderita bibir sumbing menjalani operasi sejak dini, hasil luka bekas operasi akan lebih halus sehingga luka akan terlihat lebih samar saat dewasa nanti. Menurut dr. Denny, rasa trauma, risiko bullying pada anak juga jauh lebih minim dibanding operasi saat anak sudah besar.


Smile Train, Kembalikan Senyum Anak Indonesia

Untuk mengembalikan senyum anak-anak Indonesia, Smile Train sebagai lembaga amal memberikan operasi gratis untuk penderita bibir sumbing.

"Sebagai lembaga amal yang fokus menyediakan 100 persen operasi gratis perbaikan celah bibir/langit, kami menggunakan pendekatan berkelanjutan dan komprehensif. Kami telah mengembangkan kemitraan di lebih dari 85 rumah sakit di seluruh Indonesia. Hingga saat ini, Smile Train telah membantu lebih dari 75.000 anak Indonesia mendapatkan senyumnya kembali," ucap Deasy Larasati, Program Director dan Country Manager Smile TrainIndonesia.

Tidak hanya memberikan operasi gratis, Smile Train juga memberikan perawatan pasca operasi dan terapi yang perlu dilakukan oleh anak yang telah melalui operasi. Tujuannya adalah untuk memastikan kemampuan anak agar dapat makan, berbicara, mendengar dan bernapas seperti seharusnya. (Vonda Nabilla/SW/Dok.cdc.gov, M&B)