Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
ADHD atau attention deficit hyperactivity disorder adalah perilaku menyimpang anak yang memiliki perhatian pendek, energi besar, dan sensitif terhadap rangsangan. Menurut Ikatan Dokter Indonesia, ADHD dahulu dianggap sebagai salah satu bentuk gangguan belajar, namun anggapan tersebut kini sudah ditinggalkan.
Untuk meningkatkan kewaspadaan Anda akan ADHD pada anak, ketahui 10 fakta penting berikut ini yuk, Moms.
1. Gejala Muncul di Usia Prasekolah
Menurut Sara Kayla Yeow dari Mindchamps Allied Care, gejala-gejala ADHD umumnya muncul saat anak memasuki usia prasekolah, yang kemudian bisa berlanjut hingga dewasa.
2. Mulai Terdiagnosis di Usia 8 Tahun
Walau bisa mulai terjadi pada usia berapa saja, namun biasanya ADHD mulai terdiagnosis ketika anak berusia 8 tahun. Menurut Young Parents, anak usia 5 hingga 7 tahun lebih sulit didiagnosis ADHD, karena mereka lebih impulsif dan mudah teralihkan.
3. Tidak Selalu Hiperaktif
Bergerak sangat impulsif dan hiperaktif merupakan stigma yang melekat erat pada para penderita ADHD. Faktanya, gejala tersebut tidak selalu muncul lho, Moms. Pada beberapa penderita ADHD, mereka hanya lebih ceroboh atau kurang memperhatikan instruksi.
4. Sering Dikira Anak Nakal
Beberapa gejala ADHD membuat penderitanya sering dilabeli anak nakal oleh orang-orang di sekitarnya, terlebih, jika ADHD terlambat didiagnosis. Pada anak ADHD yang belum terdiagnosis, sikap mereka sering dikira masalah emosi, tidak disiplin, atau tidak mau diam. Stigma dan 'salah label' inilah yang membuat ADHD pada anak sering telat diketahui (dan berujung dengan telat penanganan juga).
5. Tidak Selalu Susah Fokus
Siapa bilang anak ADHD selalu kesulitan untuk fokus pada satu hal? Faktanya, anak ADHD bisa dengan mudahnya fokus pada hal yang ia sukai kok, Moms. Misalnya, anak tersebut menyukai video game, maka ia bisa fokus dengan cepat dan cukup lama pada video game tersebut. Saking fokusnya, ia sampai kerap tidak dengar kalau namanya dipanggil.
6. Sulit Berganti Fokus
ADHD bukan tentang kekurangan tekad, bukan karena ia tidak mau, melainkan karena ia tidak bisa. Bagi anak ADHD, fokus pada pekerjaan sekolah sangat sulit, walaupun mereka tahu kalau itu adalah hal penting. Mencoba untuk fokus saja sulit baginya, terlebih untuk berganti-ganti fokus. Misalnya, mencoba fokus mengerjakan PR, kemudian harus dengan cepat fokus membantu mencuci mobil, dan terus berganti-ganti fokus lainnya.
7. ADHD Lebih Sering Terjadi pada Anak Lelaki
Inilah fakta yang unik, namun nyata adanya. ADHD ternyata lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, dibandingkan pada anak perempuan.
8. Kebanyakan Kasus ADHD Bersifat Kronis
Menurut dr. Dharmawan A. Purnama, Sp.KJ, psikoterapis dari Ciputra Medical Center, sebanyak 4 persen orang dewasa di Indonesia diketahui mengalami ADHD. Gangguan psikiatri ini bersifat kronis dan lebih dari 50 persen kasus diduga berlanjut hingga remaja atau dewasa.
9. Penyebab Pasti Belum Diketahui
"Beberapa hal memang diduga bisa menjadi faktor penyebab, seperti genetik, struktur anatomi otak, atau faktor neurokimiawi otak. Namun, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya gen hiperaktif yang diturunkan orang tua. Bila ada riwayat keluarga hiperaktif, ada kemungkinan generasi selanjutnya juga hiperaktif," tutur dr. Dharmawan.
10. Fatal, Jika Tidak Ditangani dengan Tepat
"Bila tidak mendapat penanganan yang tepat, anak ADHD banyak yang akhirnya gagal dalam pendidikannya dan berdampak hingga mereka dewasa nanti. Jika anak ADHD, orang tua pun harus berkonsultasi dengan ahli agar Si Kecil bisa diarahkan dengan tepat. Mereka perlu diperlakukan dengan 'agak spesial'," jelas dr. Dharmawan. (M&B/Tiffany/SW/Dok. Freepik)