FAMILY & LIFESTYLE

Anak Terlalu Kompetitif? Ini Cara Mengatasinya, Moms


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Seorang ibu pernah curhat, ia memiliki seorang anak berusia 4 tahun. Meskipun masih kecil, anaknya ternyata sudah memiliki sifat kompetitif yang cukup tinggi. Jika mungkin kebanyakan anak masih terlalu malu atau takut untuk mengikuti lomba yang memang menarik minat serta bakatnya, tidak demikian halnya dengan si anak tersebut.

Sang ibu bercerita, apa saja lombanya, Si Kecil mau mencoba. Ibu tersebut bahkan sedikit kewalahan karena sang anak bisa berhari-hari sebelum lomba cuma bicara soal kegiatan tersebut, bahkan hingga tidak bisa tidur nyenyak.

Dan lebih parahnya lagi, Si Kecil bahkan akan mengamuk karena ternyata tidak menang lomba yang ia ikuti. Bagaimana mengatasi hal ini?

Menurut psikolog anak Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, M.HPEd, sebenarnya adalah hal yang bagus jika anak mau ikut lomba. Ini berarti Si Kecil punya jiwa kompetisi yang cukup tinggi. Tinggal bagaimana Moms mengarahkannya saja.


Tahap Usia Eksplorasi

"Pada usia balita, anak memang masih dalam tahap usia eksplorasi. Ia banyak tertarik dengan berbagai kegiatan dan banyak pula mengalami kebosanan," jelas Rosdiana.

Namun, tahap ini merupakan tahap yang paling tepat untuk mengeksplorasi minat dan bakat Si Kecil. Sehingga nanti saat ia sudah masuk SD, Si Kecil sudah benar-benar dapat memilih kegiatan yang ia sukai dan ia bisa berprestasi.

Saat Si Kecil mengikuti lomba, wajar juga bila ia merasa amat bersemangat sampai kurang bisa tidur nyenyak dan marah bila ia tidak menang. Ini menandakan bahwa ia memang serius dalam mengikuti lomba.

Nah, agar Si Kecil tidak marah saat ia kalah, ia harus belajar memahami bahwa segala sesuatu itu ada prosesnya. Bahwa menang itu memang tidak mudah dan harus ada usahanya.


Perhatikan Minat dan Bakat Anak

Rosdiana menyarankan agar orang tua mencoba untuk memerhatikan minat dan bakat anaknya. Dari berbagai lomba yang telah ia ikuti, misalnya, mana yang kira-kira paling baik yang bisa ia lakukan? Mana yang ia menunjukkan minat paling besar? Bila sudah ditemukan, seriuslah ke arah tersebut.

Langkah berikutnya adalah memupuk kemampuan Si Kecil di bidang unggulan tersebut. Pelatih yang baik umumnya tidak akan hanya melihat keterampilan anak, namun juga membina mentalnya. Di tempat les atau klub yang serius ini, Si Kecil akan belajar bagaimana berproses, bahwa ia perlu gigih berlatih dan punya mental yang baik untuk menang.


Ajari Anak Berkomitmen

Menurut Rosdiana, bila anak sering minta untuk ikut sebuah kegiatan atau les, orang tua sebaiknya juga perlu meminta Si Kecil untuk memiliki komitmen. Dalam arti, anak sebaiknya tidak boleh berhenti sebelum sebuah tujuan tercapai.

"Contohnya, saat Si Kecil minta les piano, maka Anda perlu memberinya target, saat ia sudah punya keterampilan atau skill tertentu, ia baru boleh minta berhenti, sehingga ia pun terbiasa untuk terus berusaha dan tidak mudah menyerah," ujar Rosdiana.

Yang terpenting, orang tua harus selalu mendukung anak dengan menunjukkan ketertarikan dalam kegiatannya. Dengarkan semua antusiasmenya mengenai kegiatan atau lomba yang sedang dan akan diikutinya. Tanggapi juga dengan tenang segala keluh kesah dan frustrasinya saat dalam proses latihan dan lomba. Katakan bahwa ini memang adalah sebuah proses yang harus ia lalui. Tunjukkan pula kepada Si Kecil bahwa Anda pun selalu berproses dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik, sehingga anak akan mencontoh Anda. (M&B/SW/Dok. Freepik)