BABY

Ini yang Perlu Dilakukan Jika Bayi Telat Diimunisasi


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Setelah dilahirkan, bayi memiliki jadwal imunisasi atau vaksinasi untuk menambah sistem kekebalan tubuh mereka. Namun, tidak jarang banyak bayi yang meleset jadwal vaksinnya karena berbagai alasan. Salah satu yang umum adalah kondisi bayi yang sedang tidak fit. Vaksin yang seharusnya diberikan pun tertunda, menunggu hingga kondisi bayi sehat kembali.

Jadwal imunisasi sebenarnya dirancang berdasarkan efektivitas kerja vaksin dan reaksi kekebalan tubuh Si Kecil. Karena itulah, pemberian imunisasi sesuai jadwal akan memberikan hasil yang optimal, Moms.

Pemberian vaksinasi dasar sampai usia 1 tahun bertujuan untuk mendapatkan kekebalan pertama kalinya. Pada saat Si Kecil berusia 1-4 tahun, imunisasi yang diberikan merupakan ulangan untuk memperpanjang masa kekebalan imunisasi dasarnya. Masa ini juga ditujukan bagi mereka yang mengalami keterlambatan, untuk melengkapi imunisasinya.


Jika Imunisasi Telat Diberikan

Lalu bagaimana jika vaksin terlambat diberikan? Akan tetap efektifkah? Menurut dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), vaksin tetap bisa dilanjutkan walaupun telat diberikan.

"Ada yang namanya catch-up immunization, ini jadwal pemberian vaksin untuk yang terlambat diberikan. Jika terlambat, tidak perlu mengulang lagi dari awal karena vaksin tidak akan hangus. Tinggal dilanjutkan saja," jelas dr. Piprim yang juga pendiri Rumah Vaksinasi ini.

"Tapi pada beberapa vaksin tertentu, misalnya rotavirus, jika jadwal pemberiannya sudah lewat, tidak bisa diberikan lagi. Selain tidak efisien, tidak direkomendasikan untuk bayi-bayi yang sudah terlambat mendapat rotavirus di awal. Pada kasus vaksin yang terlambat lainnya, ada juga yang pemberian dosisnya jadi berbeda. Misalnya vaksin PCV, jadwal yang sebenarnya diberikan saat anak berusia 2, 4, 6, dan diulang saat 12 bulan. Tapi kalau terlambat, misalnya karena si ibu lupa, dan baru ingat ketika anak berusia 2 tahun, cukup sekali diberikan. Jadi berbeda-beda, tergantung jenisnya. Dan ini sudah ada aturan main yang disusun para ahli," jelas dr. Piprim lagi.


Penting untuk Dikejar

Idealnya, rencana catch-up immunization harus didasarkan pada catatan tertulis yang menunjukkan imunisasi apa saja yang sudah Si Kecil dapatkan. Jangan hanya mengingat-ingat, karena memori kita mungkin tidak bisa terlalu diandalkan.

Catatan kesehatan vaksin Si Kecil ini sangat penting disimpan, apalagi jika kita sering dan berencana pindah tempat tinggal. Terkena penyakit, sering pindah tempat tinggal, atau masalah dalam rumah bisa membuat jadwal vaksinasi Si Kecil meleset dari yang dijadwalkan.

Banyak vaksin membutuhkan lebih dari 1 injeksi sebelum mereka dapat melindungi Si Kecil, sehingga sangat penting untuk menerima semua ulangannya. Setiap imunisasi yang diberikan setelah usia yang direkomendasikan disebut catch-up immunization.

Tergantung pada riwayat vaksinasi, jadwal catch-up Si Kecil mungkin berbeda dengan jadwal Program Imunisasi Nasional. Sebagai contoh, waktu antara dosis pemberian dapat dipersingkat.

Jika Si Kecil telah kehilangan lebih dari 1 vaksin, dosis catch-up dapat diberikan semua pada waktu yang sama di lengan atau kaki yang berbeda. Ini tidak membebani sistem kekebalan tubuh dan menjamin perlindungan yang diberikan sedini mungkin.

Anak yang lebih tua dapat menerima vaksin yang berbeda dari yang seharusnya mereka terima pada usia yang direkomendasikan. Sebagai contoh, seorang anak berusia 10 tahun ke atas dapat menerima vaksin dewasa dan remaja vaksin difteri, tetanus, pertusis (three in one) sebagai penguat.

Seseorang dapat melewatkan dosis atau vaksin tertentu. Sebagai contoh, vaksin Hib (Haemophilus influenzae type B) tidak diperlukan untuk anak di atas usia 5 tahun. Tanyakan mengenai jadwal catch-up ini pada dokter atau penyedia imunisasi untuk informasi lebih lanjut.


Vaksin Ulang

Beberapa vaksin memerlukan waktu untuk memberikan perlindungan pada Si Kecil (dan kita). Mereka juga tidak memberikan kekebalan seumur hidup. Inilah sebabnya, dalam banyak kasus, pada suatu jenis vaksin, ada beberapa yang harus diulang dalam kurun waktu tertentu untuk membangun kekebalan terhadap penyakit. Dalam beberapa kasus, Si Kecil mungkin perlu suntikan penguat hingga ia dewasa. (M&B/SW/Dok. Freepik)