TOODLER

6 Cara Latih Anak Jadi Pendengar yang Baik


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Moms, apakah 'tidak' adalah kata-kata favorit Si Kecil akhir-akhir ini? Apakah Anda terus-menerus mengulang instruksi yang sama, frustasi lalu mulai menghitung dari 1 hingga 10, dan akhirnya memutuskan untuk memberi hukuman?

Hati-hati Moms, kebiasaan ini bisa menjadi bumerang dan akan terus berlanjut hingga si kecil dewasa. Sebenarnya, sama saja dengan orang dewasa, balita juga tidak bisa (selalu) mendengarkan, tapi tentu Anda bisa mengajarinya bagaimana untuk memusatkan perhatiannya pada kata-kata dan membantu mereka memahaminya. Ini caranya, Moms!


1. Rutin Membacakan Buku

Tidak sekadar membaca, tapi dengan nada yang jelas dan cukup keras. Cara ini sangat efektif untuk melatih pendengarannya. Gunakan suara-suara yang konyol atau tekankan beberapa kalimat penting untuk mendapatkan perhatiannya. Sediakan berbagai buku karena biasanya balita lebih mudah untuk tertarik mendengarkan sesuatu yang belum pernah ia dengar sebelumnya.


2. Makan Bersama

Jika salah satu atau Anda dan pasangan sama-sama bekerja, pastinya cukup sulit untuk mencari waktu di mana Anda sekeluarga bisa berkumpul bersama dan saling mengobrol. Saat yang paling mudah adalah waktu makan. Cobalah membuat setidaknya satu hari dalam seminggu di mana Anda sekeluarga bisa makan di meja yang sama. Cara ini bisa membuat Si Kecil melihat bagaimana kedua orang tuanya saling mengobrol dan mendengarkan, yang tentunya juga memberi kesempatan bagi Si Kecil untuk bergabung dan melakukan hal yang sama.


3. Singkat, Padat, Jelas

Balita sudah pasti memiliki keterbatasan dalam berbahasa, jadi ketimbang Anda berkata, "Di luar udaranya sangat dingin dan kamu baru saja sembuh dari flu, jadi mama ingin kamu memakai jaket sebelum kita pergi ke supermarket", lebih baik katakan dengan singkat, "Waktunya pakai jaket!". Satu lagi, jangan coba-coba untuk memberi pilihan saat Si Kecil memang tidak harus memilih. Contohnya, katakan, "Waktunya naik ke atas car seat!", daripada "Jadi, kamu mau naik ke atas car seat sekarang atau tidak?" Anda sudah pasti tahu jawabannya!


4. Beri Instruksi yang Realistis

Saat Anda meminta Si Kecil untuk membereskan mainannya yang berserakan, sebagian besar anak pasti akan langsung melihat sekitarnya, lalu tiba-tiba merasa kesal karena begitu banyak mainan yang tersebar di lantai, dan pastinya, akan menolak untuk membereskannya. Ketimbang menyebut 'mainan', cobalah untuk lebih spesifik dan buat aktivitas beres-beres jauh lebih mudah dan seru untuknya. Misalnya, "Yuk, masukkan lego warna kuning ke kotak". Pujilah setelah ia menyelesaikan tugasnya lalu jadikan kegiatan membereskan mainan seperti permainan, dengan mengatakan, "Bagus! Sekarang ayo cari bola biru dan masukkan lagi ke dalam kotak."


5. Berhenti Jadi Diktator

Menyuruh sambil berteriak bisa jadi membuat Si Kecil patuh karena takut. Tapi sebagian anak juga bisa menjadi kesal dan berbalik menjadi pembangkang. Biasanya, balita akan merespons lebih baik jika Anda memberikan instruksi dengan sedikit humor atau sambil melagukannya, misalnya, mengatakan 'saatnya sikat gigi' dengan nada lagu favoritnya. Anda juga lebih baik mengatakan, "Yuk, kita sikat gigi sekarang, setelah itu, kita baca buku kesukaanmu!", daripada, "Sikat gigimu atau gigimu akan rusak berlubang," atau bahkan, "Sikat gigimu sekarang!". Setelah selesai, pujilah dirinya, "Pintar, kamu pendengar yang benar-benar baik."


6. Jadilah Contoh yang Baik

Tanpa disadari, terlalu sering meminta anak melakukan ini itu, tanpa Anda melakukan hal yang sama, tidak akan membuat Si Kecil belajar untuk mendengarkan. Ia tentunya akan menjadi pendengar yang baik jika Anda juga mau mendengarkannya. Dengarkan dengan sungguh-sungguh dan tatap matanya dengan lembut saat ia berbicara, jawab pertanyaannya dengan ramah, dan biarkan ia menyelesaikan kalimat tanpa menginterupsinya. Pastinya, selalu ada situasi sulit seperti ia mengajak mengobrol saat Anda sedang masak, tapi sebisa mungkin, hindari untuk menjawab sambil membelakanginya. (Nanda Djohan/SW/Dok. Freepik)