FAMILY & LIFESTYLE

Kulit Pisang bisa Bantu Atasi Diabetes


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Pisang adalah salah satu buah paling populer di dunia. Tidak hanya karena rasa dan teksturnya yang digemari semua orang, tapi juga karena manfaatnya yang sangat banyak. Tapi, tak banyak orang tahu bahwa kulit pisang memiliki manfaat yang tidak kalah baik dibandingkan dengan buahnya. Sekelompok tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada menemukan manfaat lain dari kulit pisang, yaitu mampu membantu mengatasi gejala diabetes.

Diabetes sendiri merupakan salah satu penyakit paling berbahaya di dunia, dan tentu saja Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi penderita diabetes di Indonesia meningkat dari 5,7% pada tahun 2007 menjadi 8,5% pada tahun 2018, dengan total kasus diabetes mencapai angka 10,3 juta menurut International Diabetes Federation (IDF) Atlas pada tahun 2017. Berdasarkan berbagai data ini, Indonesia memegang peringat ke-6 di dunia sebagai negara dengan jumlah diabetes terbanyak. World Health Organization (WHO) bahkan memprediksikan angka kasus diabetes akan melonjak menjadi 21,3 juta pada tahun 2040.

Sebagian besar kasus diabetes merupakan diabetes melitus tipe 2. Menurut data Riskesdas tahun 2013, 90% kasus diabetes di Indonesia merupakan diabetes melitus tipe 2. Penyakit ini erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat, termasuk pola makan yang tidak seimbang dan aktivitas fisik yang minim. Padahal, persoalan gaya hidup bisa diatur sedemikian rupa untuk mencegah terjangkitnya diabetes melitus tipe 2.

Melihat masalah ini, sekelompok tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada yang dipimpin oleh dr. Andreanyta Meliala, Ph.D, AIFM, melakukan penelitian pada kulit pisang sebagai anti depresan dan anti-diabetes. Penelitian yang dilakukan dalam kerangka Nutrifood Research Grant 2018 ini meneliti kulit pisang dari pisang kepok kuning (Musa balbisiana).

Menurut dr. Andreanyta, kulit pisang memiliki beberapa bahan atau zat, seperti vitamin D dan tryptophan, yang dapat membantu meningkatkan hormon serotonin. Hormon serotonin sering dikenal sebagai hormon bahagia atau happy potion, karena kemampuannya untuk menekan stres dan mengelola perasaan bahagia.

Di sisi lain, stres atau depresi dapat meningkatkan kadar gula dalam darah. Begitu pula sebaliknya. "Yang paling menarik adalah orang dengan kadar gula darah tinggi itu mudah stres. Orang yang stres, kadar gula darahnya makin tinggi. Jadi seperti lingkaran yang tidak terputus," tutur dr. Andreanyta. Maka, para pengidap diabetes pun termasuk kelompok orang yang rentan mengalami depresi.

Di sinilah peran kulit pisang bekerja. Berbagai zat yang dikandung dalam kulit pisang diharapkan dapat mendukung produksi hormon serotonin, sehingga bisa membantu mengontrol kadar gula dalam darah. "Yang diharapkan, kadar stres bisa dikendalikan, sehingga kadar gula dalam darah juga jadi bisa lebih dikendalikan," ujar dr. Andreanyta.

Penelitian ini akan mengubah kulit pisang menjadi bentuk flakes (serpih). Harapannya, serpih kulit pisang yang kaya berbagai zat peningkat hormon serotonin ini dapat diproduksi sebagai makanan yang berpotensi sebagai anti depresan. Beberapa opsi jenis makanan yang bisa diproduksi dari serpih kulit pisang antara lain biskuit, sereal, dan bubur. (Gabriela A./SW/Dok. Freepik)