BUMP TO BIRTH

Moms, Waspada Komplikasi Ini agar Persalinan Lancar


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Proses kehamilan dan melahirkan itu berbeda bagi setiap ibu. Betapa bersyukurnya bila Anda bisa menjalani kehamilan dengan baik dan merasakan kemudahan saat melahirkan. Namun, ada pula ibu yang justru mengalami kesulitan atau komplikasi saat melahirkan.

Kata komplikasi memang terdengar menyeramkan ya, Moms. Sayangnya, komplikasi ini biasanya tidak bisa diprediksi sebelumnya, sehingga bisa terjadi pada siapa saja. Sebagai antisipasi, ketahui komplikasi apa saja yang mungkin dialami oleh ibu saat melahirkan, berikut ulasannya, Moms:

1. Bayi Sungsang

Idealnya, saat Moms melahirkan posisi kepala bayi berada di bawah sedangkan tubuh hingga kakinya berada di atas. Namun jika posisi bayi sungsang, kakinya akan menghadap ke bawah dan kepalanya berada di atas.

Posisi bayi sungsang bisa disebabkan beberapa hal. Di antaranya, cairan amnion dalam rahim terlalu sedikit, pertumbuhan abnormal pada rahim seperti fibroid, panggul ibu sempit, plasenta previa, atau ada riwayat kehamilan bayi sungsang sebelumnya.

Posisi ini riskan bagi bayi jika tetap dilahirkan secara normal. Risikonya, bayi bisa kekurangan oksigen karena tali pusatnya keluar mendahului dan akhirnya tertekan, atau karena tubuhnya sudah lahir, tetapi kepalanya masih tersangkut di dalam perut Moms. Karena itu, biasanya dokter merekomendasikan untuk melakukan operasi caesar.

2. Gawat janin/Fetal Distress

Menurut Nanci Levine, MD, seorang Ob-Gyn dari Montefiore Medical Center di Westchester, gawat janin merupakan istilah lama dan sudah tidak umum digunakan. Jika mendengar kata ini, Anda harus bertanya lebih spesifik mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada bayi Anda. Karena sebetulnya gawat janin merujuk pada berbagai komplikasi persalinan.

Biasanya, gawat janin identik dengan masalah detak jantung bayi yang tidak normal. Selama persalinan, detak jantung janin terus dipantau dengan pemantau jantung janin elektronik atau perangkat Ultrasound Doppler yang digenggam untuk memeriksa denyut jantung setiap 15 menit selama awal persalinan dan setelah setiap kontraksi.

Dilansir dari laman Medical News Today, gawat janin bisa disebabkan tingkat oksigen yang tidak mencukupi pada janin, ukuran bayi kecil dalam rahim atau Intrauterine Growth Retardation (IUGR), ibu mengalami anemia, hipertensi kehamilan, cairan ketuban mengandung mekonium, kehamilan yang berlangsung terlalu lama (Postmaturity) sampai 42 minggu atau lebih. Kontraksi yang terlalu kuat terlalu sering juga dapat menyebabkan gawat janin.

Selain komplikasi tersebut di atas, Masih ada komplikasi lain yang mungkin terjadi saat proses persalinan. Anda pun dapat mengetahui tindakan apa yang perlu dilakukan saat komplikasi tersebut terjadi. Selengkapnya, Moms bisa baca di Majalah Mother&Baby Edisi Desember 2018. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)