Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Satu dari 10 wanita di Indonesia menderita diabetes. Hal ini pun cukup dikhawatirkan oleh setiap ibu hamil, karena dapat berpengaruh pada kehidupan dan kesehatan ibu serta janin. Kondisi ini pun dikenal dengan istilah kehamilan pre-gestasional dan gestasional.
Kehamilan pre-gestasional sendiri adalah penyakit diabetes melitus tipe 1 ataupun tipe 2 yang diderita dari sebelum masa kehamilan. Sedangkan kehamilan gestasional merupakan penyakit diabetes melitus tipe dua yang terjadi pada saat ibu sedang hamil.
Kondisi ini membuat sensitifitas hormon insulin pada ibu hamil 45-70 persen menurun dibandingkan pada ibu tidak hamil. Padahal normalnya, kehamilan itu sendiri merupakan status resistensi/melawan insulin. Hal inilah yang menyebabkan kehamilan dengan diabetes terjadi.
Penyakit diabetes saat hamil nyatanya sulit untuk dideteksi, baik dari tanda dan gejala. Sebab, rasa mual, sering haus, mudah lapar, atau sering buang air kecil merupakan hal yang biasa dialami oleh ibu hamil. Hal tersebut yang membuat penanganan kehamilan gestasional menjadi terlambat.
Untuk mencegah hal tersebut, ibu hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pengecekan dan konsultasi dengan dokter kandungan secara rutin. dr. Wismandari Wisnu, Sp. PD-KEMD, dari Rumah Sakit Pondok Indah â Pondok Indah menyarankan pemeriksaan dilakukan pada 24 minggu usia kehamilan.
Ini dilakukan untuk dapat mengendalikan gula darah, mengganti obat yang aman saat kehamilan, dan melakukan skrining agar tidak mengalami komplikasi penyakit lain. Sang ibu pun akan diajarkan untuk bisa memeriksa kadar gula darah sendiri dan mencatatnya, agar kemudian menjadi catatan untuk dokter.
Jika kehamilan dengan diabetes ini tidak segera ditangani, maka dapat berdampak buruk selama proses kehamilan berlangsung. Untuk kehamilan pre-gestasional, sang ibu bisa mengalami hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah yang cukup signifikan. Selain itu, jumlah cairan ketuban atau hidramnion meningkat 18 persen. Kemungkinan persalinan dilakukan dengan operasi caesar juga meningkat 20-40 persen. Penularan genetik juga bisa terjadi, di mana Si Kecil yang lahir dapat menderita diabetes melitus, baik tipe 1 maupun tipe 2.
Pada saat proses persalinan pun, ibu bisa mengalami pendarahan yang hebat. Bayi bisa lahir dengan berat badan besar (makrosomia). Dan sebesar 50 persen diduga menjadi penyebab kematian perinatal, di mana bayi hanya bertahan hidup beberapa hari pasca dilahirkan.
Beberapa hal yang sama juga bisa terjadi jika Anda mengalami kehamilan pre-gestasional dan gestasional. Yang cukup berbahaya adalah ibu bisa terkena preeklampsia atau tekanan darah yang tinggi pada saat hamil. Tak hanya untuk ibunya tetapi juga bayi, yang bisa lahir dalam kondisi stillbirth atau sudah meninggal. Kelahiran prematur serta terjadinya kondisi hiperbilirubinemia atau kuning setelah lahir juga menjadi dampak lain dari kondisi kehamilan dengan diabetes ini.
Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian insulin, yang berlaku sampai masa menyusui. Namun yang paling penting, sang ibu harus mampu mengatur pola makan sehat dan seimbang, terutama saat masa kehamilan. Pemenuhan karbohidrat, protein, dan lemak harus sangat diperhatikan dan dalam jumlah yang pas. Terutama, untuk mengonsumsi sayuran yang banyak. Jangan lupa juga untuk berolahraga secara teratur agar tubuh ibu bugar, tumbuh kembang anak juga optimal. Dengan begitu, kehamilan dengan diabetes ini pun bisa teratasi dengan baik. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)