TOODLER

Mengidap Obesitas, Balita Ini Jalani Perawatan di RS


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Seorang balita asal Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, mengidap obesitas dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Balita berusia 4 tahun tersebut bernama Muhammad Hero Hanom dan kini ia tengah dirawat di ruangan ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Di usianya yang masih belia tersebut, Hanom harus mengidap obesitas. Tidak hanya itu, ia juga mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya, seperti infeksi paru-paru, jantung, dan diabetes.

Di rumah sakit tempat ia dirawat, Hanom tidak bisa diinfus karena dokter mengalami kesulitan mencari pembuluh darahnya. Karena itu, ia mesti mendapatkan nutrisi dari suntikan dan selang minum melalui hidung.

Kabar baiknya, ibu Hanom, Siti Rahayu, menjelaskan bahwa Si Kecil sudah mengalami penurunan berat badan sejak masuk dan dirawat di rumah sakit. "Kalau awalnya Hanom masuk rumah sakit berat badannya 53 kg, sekarang sudah turun menjadi 43 kg", cerita sang ibu. Hanom juga kini sudah bisa makan bubur melalui mulut. Kendati begitu, kadar gula Hanom masih naik turun. Ia pun masih terlihat aktif, masih bisa mengobrol dan mengoceh dengan ibunya.

Mencegah Obesitas pada Anak

Kasus obesitas yang dialami Hanom merupakan masalah kesehatan yang penting, selain karena merupakan faktor risiko timbulnya penyakit kronis degeneratif di kemudian hari, obesitas juga sudah banyak menimbulkan masalah pada usia anak dan remaja.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa semakin dini seorang anak mengalami obesitas, semakin besar kemungkinan ia menderita penyakit kronis degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung, stroke, dan kanker. Pada masa anak dan remaja, obesitas juga dapat mengakibatkan hipertensi, sleep apnea, masalah pernapasan, masalah psikososial, masalah hormonal dan sistem reproduksi, alergi dan hipersensitivitas, serta masih banyak lagi.

Secara umum, obesitas bisa diatasi dengan membatasi asupan makan dan meningkatkan aktivitas fisik. Mengurangi asupan kalori dapat dilakukan dengan menurunkan asupan lemak dan karbohidrat serta meningkatkan asupan serat dan air. WHO merekomendasikan asupan buah dan sayur minimum 5 porsi sehari, disertai cukup minum tanpa gula yang mampu menghambat peningkatan berat badan anak.

Cara pemberian makan pada masa usia dini juga banyak menjadi perhatian. Kebiasaan orang tua untuk menyuapi anaknya sambil bermain atau menonton televisi ternyata dianggap berisiko merusak perilaku makan anak. Anak akan mengaitkan makan dengan perasaan senang atau perasaan positif yang biasanya menyertai saat menonton acara televisi atau bermain, sehingga bila suatu saat ia merasa sedih atau stres ia akan menghibur diri dengan makan.

Meningkatkan aktivitas fisik juga harus dilakukan dengan dua cara, yaitu meningkatkan aktivitas fisik sedang dan berat serta mengurangi aktivitas fisik yang dilakukan dengan duduk atau berbaring, kecuali tidur. Berbeda dengan yang selama ini menjadi anggapan umum, tidur cukup ternyata justru melindungi terhadap risiko obesitas.

Selain olah raga teratur, meningkatkan aktivitas fisik bisa dilakukan dengan lebih banyak melibatkan anak pada pekerjaan rumah tangga sehari-hari serta mengurangi penggunaan mobil pribadi. Bila jaraknya tidak terlalu jauh, Anda bisa ajak Si Kecil bersepeda atau berjalan kaki saat mengantarnya ke sekolah. (Susanto Wibowo/Dok. Freepik)