BABY

Bahaya Infeksi Pneumokokus pada Bayi


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Ada banyak jenis penyakit infeksi yang dapat mengintai Si Kecil, contohnya infeksi pneumokokus atau dikenal dengan invasive pneumococcal disease (IPD). Sekelompok penyakit berbahaya ini disebabkan oleh onfeksi bakteri gram positif Streptococcus pneumoniae (bakteri pneumokokus). Penyakit yang satu dapat menyebabkan kecacatan dan kematian pada bayi dan balita.

Bayi Berisiko Tinggi

Bakteri pneumokokus secara normal berada di dalam rongga hidung dan tenggorokan anak-anak dan orang dewasa yang sehat. Tidak semua individu akan sakit jika terkena bakteri ini. Tetapi carrier sering tak menyadari kondisinya sehingga dapat menulari kelompok rentan infeksi. Kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi pneumokokus adalah bayi di bawah 2 tahun, yang tidak atau hanya sebentar mendapat ASI, tinggal di hunian padat, terpapar polusi atau asap rokok, sering mendapat antibiotik, kurang gizi, dan tidak diimunisasi.

Jenis Infeksi Pneumokokus

Selain menyebabkan radang paru-paru, bakteri pneumokokus dapat menyebabkan radang selaput otak, hingga infeksi darah. Menurut Prof. Dr. Cissy B. Kartasasmita, Ph.D, M.Sc, Sp.A(K), dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK-UNPAD/RS Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat, serangan infeksi bakteri pneumokokus ini sangat cepat masuk ke dalam sirkulasi darah dan dapat menyebar (invasif). Berikut ini jenis-jenis penyakit infeksi pneumokokus:

1. Radang selaput otak (meningitis)

Bakteri pneumokokus yang menyerang selaput otak dapat berakibat fatal. Data National Foundation for Infectious Disease menyebutkan bahwa sebagian bayi pengidap meningitis yang bisa bertahan hidup akan memiliki cacat permanen, seperti tuli, kerusakan otak, atau kelumpuhan. Gejala meningitis: demam tinggi, gelisah, kejang, lemah, lesu, mual, muntah, diare, leher kaku, nyeri kepala, gangguan kesadaran, dan bisa menjadi koma.

2. Radang paru-paru (pneumonia)

Pneumokokus pneumonia ini lebih serius daripada jenis pneumonia yang lain. Bayi yang terserang pneumonia ditandai dengan tingkah yang rewel, kurang nafsu makan, serta tarikan napas yang memburu dan berat. Sebagai patokan, Prof. Cissy menyebutkan, untuk bayi di bawah 2 bulan, frekuensi napas normalnya 60 kali/menit, sementara bayi usia 2-12 bulan sebanyak 50 kali/menit.

3. Infeksi darah (bakteremia)

Bakteremia merupakan komplikasi dari pneumonia dan dapat mengakibatkan meningitis. Gejala bakteremia pada bayi kadang-kadang sulit diketahui, karena pada awalnya dapat serupa dengan virus biasa, seperti demam tinggi dan rewel terus-menerus diikuti dengan atau tanpa infeksi saluran pernapasan.

4. Infeksi telinga tengah akut (otitis media akut)

Bakteri pneumokokus juga bisa menimbulkan penyakit lokal atau non invasif, seperti infeksi telinga tengah akut atau otitis media akut (OMA). Infeksi telinga tengah harus diwaspadai, karena dapat menyebabkan gangguan pendengaran menetap dan keterlambatan bicara.

Tips Melindungi Bayi

“Kami sangat merekomendasikan upaya preventif sedini mungkin dengan pemberian vaksin pneumokokus pada bayi dan balita di bawah usia 2 tahun,” kata Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI.

Di Indonesia, vaksin konjugat pneumokokus (PVC) juga telah direkomendasikan oleh IDAI untuk diberikan kepada bayi mulai usia 2 bulan dengan jadwal pemberian di usia 2, 4, 6, bulan dan dosis ulangan di usia 12-15 bulan.

Pemberian ASI eksklusif juga penting untuk meningkatkan antibodi bayi, selain pemberian vitamin A yang dapat membantu perkembangan sistem kekebalan tubuhnya. Selain itu, pencegahan dapat dilakukan dengan pola hidup sehat, seperti menutup mulut saat batuk dan bersin, mencuci tangan menggunakan sabun, dan menghindari lingkungan terpolusi asap rokok (M&B/SW/Dok. Freepik)