Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Salah satu penyakit yang wajib diwaspadai pada wanita agar tak mengganggu proses kehamilan adalah Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Meski terdapat kata ‘cystic’ yang berarti kista, namun faktanya, kondisi ini tidak berkaitan dengan kista sama sekali.
PCOS merupakan kondisi di mana sel telur yang dihasilkan indung telur sangat banyak dan hormon yang tidak seimbang. Akibatnya, seorang wanita yang mengalami PCOS pun akan mengalami gangguan menstruasi yang tidak teratur, seperti 2 bulan sekali.
Jika kondisi ini berlanjut hingga menikah, maka risiko lain yang bisa dialami adalah sulit untuk hamil. Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya pematangan sel telur. dr. Huthia Andriyana dari Klinik Morula IVF, Depok, menjelaskan, normalnya dalam 1 bulan sekali, indung telur akan matang dan mengeluarkan sel telur.
Nantinya, akan ada satu sel telur yang membesar dan siap dibuahi. Namun jika pembuahan tidak terjadi, maka sel telur ini akan pecah kecil-kecil karena tidak dibuahi. Kondisi sel telur yang mati ini akan mengeluarkan hormon yang bisa meluruhkan rahim dan terjadi menstruasi.
Namun pada PCOS, kondisi indung telur tidak matang, membuat sel telur tidak keluar dengan merata atau dalam jumlah sangat banyak dengan ukuran kecil-kecil. Hal ini juga membuat sel telur tidak ada yang sanggup untuk dibuahi oleh sperma.
Pemicu terjadinya PCOS dikarenakan kelebihan berat badan pada wanita. Selain itu, seorang wanita harusnya mengalami insensivitas pada hormon insulin. Hal ini menyebabkan tidak adanya konversi hormon kewanitaan dan menjadikan hormon yang keluar sebagai hormon androgen.
Hormon androgen sendiri akan mengontrol karakteristik laki-laki dan bisa terjadi pada seorang wanita. Akibatnya, dapat menghambat pertumbuhan dari sel telur, bahkan sulit untuk masuk ke masa ovulasi atau pembuahan.
Dr. Caroline Hutomo, SpOG, dokter di Klinik Morula IVF, Jakarta, menambahkan, PCOS melibatkan banyak hormon. Dan untuk penderitanya, terjadi peningkatan hormon androgen lebih tinggi. Hal ini menyebabkan adanya pertumbuhan rambut di bagian yang wanita tidak suka, seperti di kaki atau di atas bibir.
Untuk mencegah terjadinya PCOS, Anda sebagai penderita harus mengubah pola hidup, rajin berolahraga dan menjaga berat badan dengan mengonsumsi makanan yang lebih sehat. Ini dilakukan untuk menyeimbangkan jumlah hormon dalam tubuh.
Penyakit ini sendiri tidak bisa disembuhkan, sehingga akan diberikan pengobatan, terutama bagi wanita yang ingin hamil. Obat ini untuk merangsang agar sel telur dapat berkembang. Ini akan memudahkan untuk proses pembuahan.
Selain terapi hormon dengan obat sebagai langkah pasien PCOS untuk melakukan program kehamilan segera, penanganannya juga bisa ditangani dengan melakukan laparoskopi. Tindakan medis ini dimaksudkan untuk memecahkan sel-sel telur untuk mengurangi kelebihan hormon, atau disebut dengan ovarian grilling.
Setelah melalui serangkaian terapi, memang tidak langsung membuat kemungkinan hamil menjadi 100 persen. Jika kehamilan tidak terjadi, Anda dan pasangan tetap bisa berusaha dengan melakukan program bayi tabung (IVF).
Program ini dapat menggabungkan sperma dan sel telur di luar rahim, namun dikembalikan ke rahim agar bisa berkembang. Penggabungannya dilakukan dengan teknologi kedokteran yang canggih dan akan berproses selama lima hari.
Jika dalam lima hari sperma dan sel telur dapat menyatu, maka akan berubah menjadi embrio yang akan dikembalikan masuk ke dalam rahim. Jadi, Anda tetap dapat menjalani kehamilan seperti pada umumnya, meski dengan usaha yang lebih daripada pasangan lainnya. Semoga berhasil ya, Moms! (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)