BABY

Kenali Fimosis pada Bayi dan Cara Mengatasinya


Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond


Jika Anda memiliki anak laki-laki, perhatikan kondisi kesehatannya, terutama di bagian vital. Sebab, salah satu kelainan yang bisa dialami anak laki-laki pada usia dua hingga enam tahun adalah fimosis. Namun, fimosis juga bisa dialami bayi pada usia 3 bulan.

Ini merupakan kelainan pada pria yang belum disunat dimana kulup penis melekat kencang pada kepala penis sehingga tidak dapat ditarik ke belakang melewati kepala penis. Penyebab fimosis pada bayi baru lahir adalah tidak berkembangnya ruangan di antara kulup dan penis.

Fimosis juga dapat disebabkan oleh infeksi pada kulit depan penis dan trauma atau benturan. Fimosis yang dibiarkan akan memicu infeksi di bagian kepala penis, sehingga ia kesakitan saat buang air kecil.

Selain itu, anak akan demam dan tidak nafsu makan atau minum susu. Gejala yang dapat terlihat adalah ujung penis tampak menyempit, kulitnya tidak dapat ditarik ke arah pangkal penis saat dibersihkan.

Tanda lainnya juga terlihat jika urine keluar tidak lancar, anak menangis setiap buang air kecil, dan ujung penis menggembung. Hal ini dapat membuat nyeri atau penis membengkak, hingga peradangan kepala penis (balanitis)

Kondisi ini sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan. Yang terpenting adalah selalu membersihkan area vital Si Kecil secara teratur. Hindari penggunaan bedak serta sabun yang mengandung bahan wangi yang dapat menyebabkan iritasi.

Namun, jika kondisinya memburuk, segeralah bawa ke dokter untuk dilakukan perawatan. Pertama, bisa dengan pemberian krim kortikosteroid untuk mengendurkan kulit. Selain itu, bisa dilakukan tindakan medis seperti pelebaran (dilatasi) ujung penis. Bila cara ini tidak berhasil, maka alternatif pengobatan lain adalah disunat (sirkumsisi).(M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)