Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Meskipun belum siap belajar algoritma, bayi ternyata memiliki kemampuan penjumlahan dasar. Sebuah studi yang dilakukan di Ben-Gurion University, Nagev, menyertakan bayi usia 6-9 bulan untuk menyaksikan pertunjukan boneka yang diperankan 2 tokoh.
Peneliti lalu menyingkirkan salah satu tokoh boneka dan menutup tirai. Ketika tirai dibuka, boneka yang sama tetap berada di tempat. Eksperimen berlanjut dan peneliti mengubah jalan cerita: kali ini kedua tokoh boneka muncul saat tirai kembali dibuka.
Para bayi menatap panggung boneka lebih lama dan menampakkan keterkejutan. Ini menjadi pertanda jika mereka paham bahwa 2 dikurang 1 tidak sama dengan 2. Bayi sepertinya juga bisa memecahkan masalah menggunakan logika ilmiah.
Selain itu, ada juga studi dari University of British Columbia, Kanada, yang melibatkan bayi-bayi usia 8 bulan. Mereka diberikan 2 buah wadah; satu wadah berisi banyak bola merah dan sedikit bola putih; wadah lainnya berisi nyaris semua bola putih dengan beberapa bola merah saja.
Peneliti mengambil 5 bola dari tiap wadah (1 bola merah dan 4 bola putih), kemudian menunjukkan bola kepada para bayi dan membiarkan mereka mengintip isi wadah. Hasilnya, para bayi melihat wadah berisi bola merah lebih lama. Mereka sadar bahwa bola-bola putih yang keluar dari kotak tersebut secara statistik tidak cocok.
Dari hasil tersebut, tentu menjadi bukti bahwa Si Kecil ternyata sudah bisa berhitung sejak masih bayi. Dan menjadi tugas orang tua agar ia bisa semakin pintar dalam bidang matematika, yang memang adalah kesukaan atau passion dari anak. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)