Follow Mother & Beyond untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow Instagram @motherandbeyond_id dan Youtube Mother & Beyond
Edukasi orangtua tentang penyakit yang umum menyerang bayi sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus dimiliki. Penyakit-penyakit infeksi yang paling banyak disebabkan oleh virus bisa sembuh dengan sendirinya dan tak perlu antibiotik untuk penanganannya. Bahkan seperti dilansir Mayo Clinic, bayi dan batita (0-3 tahun) akan mengalami frekuensi sakit ringan seperti batuk dan pilek yang bisa sembuh secara alami, sekitar 8-18 kali.
Respons terhadap sakit ini justru akan merangsang imunitas Si Kecil setelah usianya 6-7 tahun. "Orangtua harus sabar dan paham bagaimana perjalanan penyakit. Kalau diperlukan, maka dilakukan evaluasi kondisi penyakit selama 7 hari, bahkan 10 hari sejak awal Si Kecil sakit," jelas dr. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, Sp.A, MARS. Cek darah lengkap akan membantu menentukan kuman penyebabnya, apakah virus atau bakteri.
Dampak Penggunaan Antibiotik Tidak Tepat
Jika penggunaan antibiotik tidak tepat, maka populasi bakteri yang ada dapat kebal atau resisten terhadap antibiotik. Bakteri baik yang menghuni tubuh dapat mati karenanya, seperti bakteri yang hidup sebagai flora normal di saluran cerna, kulit, dan tenggorokan. Bila bakteri baik yang menjaga keseimbangan tubuh bayi tidak ada, maka parasit atau bakteri jahat lain dapat tumbuh dan menggerogoti tubuhnya.
Data Riskedas (2013) menyebutkan, sebanyak 86,1 persen rumah tangga di Indonesia menyimpan antibiotik di rumah tanpa resep dokter. Padahal, antibiotik seharusnya digunakan dengan hati-hati, tidak digunakan tanpa indikasi yang tepat, serta dibeli dengan resep dokter.
Saat Perlu Antibiotik
Tak bisa dimungkiri, dalam kondisi tertentu, bayi bisa terkena suatu penyakit yang memang membutuhkan antibiotik. Pada newborn, ketika infeksi didapatkan dari sang ibu, seringkali sulit ditentukan kapan masuknya kuman berbahaya ke dalam tubuh Si Kecil. Menurut dr. Purnamawati S. Pujiarto, Sp.A(K),MM.Ped, kasus pada newborn yang membutuhkan antibiotik sekali pun, harus ditunjang dari hasil klinis, bukan dari hasil cek laboratorium. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan aman akan menyebabkan bakteri bermutasi dan menjadi kebal, sehingga tidak mampu lagi dilawan dengan antibiotik. Bayi yang sering mengonsumsi antibiotik tanpa indikasi tepat, justru akan membuatnya semakin sering jatuh sakit.
Hanya pada kondisi tertentu pada anak yang membuat antibiotik diperlukan, di antaranya:
- Radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus Grup A.
- Diare yang disebabkan oleh parasit yang dicirikan dengan tinja yang berdarah.
- Infeksi saluran kemih.
- Pertusis atau batuk rejan.
- Otitis media bila dalam waktu lebih dari 1minggu anak tidak sembuh.
- Sinusitis bila gejala berkepanjangan (sakit kepala, batuk tak sembuh-sembuh lebih dari 10 hari).
- Demam lebih dari 39 derajat Celsius.
(M&B/SW/Dok. Freepik)